Keunggulan Ruby: Lifesteal Tinggi dan CC yang Mengganggu
Keunggulan Ruby: Lifesteal Tinggi dan CC yang Mengganggu
– Halo, Sobat louisjordan!
Ruby sering dianggap hero yang “nggak mati-mati” sekaligus punya crowd control menyebalkan. Tapi kalau kita mengupasnya lebih dalam, gambaran ini tidak sesederhana itu. Ada konteks, syarat, dan kondisi tertentu yang membuat Ruby tampak kuat—dan sama banyaknya kondisi yang membuatnya terasa tumpul.
Mari kita bedah dengan lebih kritis.
1. Lifesteal Ruby Sangat Tinggi, Tapi Bukan Karena Basic Attack
Banyak pemain mengira Ruby memiliki lifesteal dasar besar pada basic attack. Padahal yang sebenarnya membuatnya sulit mati adalah:
- Spell Vamp berskala besar pada skill,
- frekuensi skill yang sering,
- cooldown pendek,
- area serangan yang membuat vamp masuk ke banyak target sekaligus.
Analisis asumsi:
“Ruby sustain kuat berarti sulit dibunuh oleh siapa pun.”
Tidak tepat. Sustain Ruby sangat situasional:
- kuat ketika lawan adu pukul jarak dekat,
- lemah jika terkena burst dari mage/marksman,
- hampir tidak berguna jika terkena CC panjang sebelum sempat mengisi HP.
Jadi lifesteal Ruby tidak otomatis membuatnya tanky pada semua kondisi.
2. CC Ruby Sangat Lengkap untuk Fighter Non-Inisiator
Ruby punya toolkit unik:
- Skill 1: slow + mini displacement
- Skill 2: root + reposition
- Ultimate: pull + stun singkat
- Pasif: dash kecil yang memberi reposition tanpa benar-benar dash (tidak kena anti-dash area)
CC Ruby tidak besar secara durasi, tapi frekuensinya tinggi dan membuat musuh sulit bergerak nyaman.
Kontra-argumen:
Sekuat apa pun CC Ruby, ia bukan hard initiator seperti Tigreal, Atlas, atau Khufra. Jika dipaksa membuka war sendirian, dia sering malah mati sebelum kombo berjalan.
3. laning Phase Aman Karena Sustain dan CC Pendek
Di lane, Ruby bisa:
- menahan tekanan fisik,
- menang duel melawan hero melee,
- mematahkan agresi musuh dengan CC beruntun.
Uji penalaran:
Tetapi ia tidak selalu menang lane. Hero seperti Paquito, Yu Zhong, Thamuz, atau Dyrroth memiliki early damage yang lebih eksplosif dan bisa mengalahkan Ruby sebelum ia mendapat momentum spell vamp dari item.
4. Ruby Sangat Cocok di Mid Game Team Fight
Dengan:
- ability spam,
- CC berantai,
- posisi fleksibel dari pasif,
Ruby menjadi pengacau utama dalam pertempuran kecil dan sedang.
Namun, ini bukan kekuatan absolut.
Jika musuh bermain poke dari jauh atau burst cepat, Ruby kehilangan kesempatan untuk menunjukan sustain-nya.
Kekurangan Ruby: Damage Rendah dan Sangat Bergantung Momentum
Nah, ini bagian yang sering tidak disadari pemain yang melihat Ruby tampak “keras” tapi kemudian heran kenapa tidak pernah bisa mengeksekusi musuh sendirian.
1. Damage Ruby Cukup Rendah untuk Standar Fighter
Ruby bukanlah eksekutor. Ia:
- tidak memiliki scaling besar,
- skill-nya lebih fokus CC daripada DPS,
- basic attack tidak signifikan.
Analisis:
Asumsi “lifesteal tinggi = bisa menghabisi musuh sendirian” keliru.
Sustain saja tidak cukup tanpa damage memadai.
2. Sangat Bergantung pada Reaksi Lawan
CC Ruby efektif jika:
- musuh mendekat,
- fight jarak dekat terjadi,
- lawan tidak punya burst cepat.
Jika musuh bermain:
- poke jarak jauh,
- zoning ketat,
- atau pick-off cepat,
Ruby sering tidak dapat menyentuh target sama sekali.
Kontra-argumen:
Beberapa pemain mengakalinya dengan Flicker + Ult.
Namun ini membuat Ruby bergantung pada spell dan cooldown, bukan kemampuan dasar hero-nya.
3. Rentan terhadap Burst dan Chain CC
Sustain Ruby kuat hanya kalau ia masih hidup untuk spam skill. Tapi:
- burst mage seperti Xavier, Vale, Pharsa,
- MM late seperti Beatrix atau Bruno,
- fighter burst seperti Paquito atau Yin,
bisa menghapus Ruby sebelum spell vamp berfungsi.
Uji logika:
Jika Ruby benar-benar tanky, ia seharusnya aman dari burst.
Faktanya, ia tanky dalam skenario panjang, bukan dalam ledakan damage sekali jalan.
4. Tidak Efektif Membuka War Sendiri
Meski punya CC banyak, Ruby:
- tidak punya hard engage,
- tidak punya dash panjang,
- tidak punya immune saat terobos,
- mudah di-peel sebelum tiba di core musuh.
Ia lebih tepat menjadi crowd controller sekunder, bukan inisiator utama.
Perspektif alternatif:
Dalam komposisi tertentu, Ruby justru ideal sebagai pengunci follow-up: ia memantul CC pada musuh yang sudah dikumpulkan tanker atau initiator utama.
Kesimpulan
Sobat Player, Ruby punya dua ciri kuat yang sangat mendefinisikan gaya mainnya: sustain besar dari spell vamp dan CC beruntun yang sangat mengganggu. Ia kuat dalam pertarungan jarak dekat, unggul saat mid-game skirmish, dan mampu mengontrol pergerakan musuh tanpa harus menjadi inisiator utama.
Namun Ruby bukanlah fighter yang bisa menghabisi target sendirian. Damage-nya rendah, ia rentan burst, dan sangat tergantung pada kondisi fight untuk memaksimalkan sustain. Ruby bersinar dalam tim yang membuka ruang untuknya, bukan dalam skenario di mana ia harus memulai atau mengakhiri semuanya sendiri.
Leave a Reply